Sabtu, 05 Desember 2009

Rumah Sehat

Rumah Sehat

Gedung HijauKonsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro.

“Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan,” kata Rana Yusuf Nasir dari Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia (IAFBI), sebagai salah satu pembicara dalam diskusi panel “Pemanasan Global-Apa yang Dapat Dilakukan Dunia Properti?”, Jumat (24/8) di Jakarta.

Menurut Rana, di Indonesia akses energi terbarukan masih lemah. Suplai energi listrik untuk properti hanya mengandalkan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang belum menggunakan sumber energi terbarukan.

Di Amerika Serikat, lanjut Rana, berbagai perusahaan penyuplai energi listrik dengan berbagai pilihan bahan bakar, termasuk bahan bakar terbarukan. Pengembang yang memilih energi listrik dari sumber terbarukan akan memperoleh poin terbesar dalam konsep green building.

Pembicara dalam diskusi panel tersebut di antaranya Yandi Andri Yatmo (Ikatan Arsitek Indonesia-Jakarta), Meiko Handoyo (Dewan Pimpinan Daerah Real Estat Indonesia-Jakarta), Simon Molenberg (Director Tourism, Real Estate and Construction Asia Region), dan Stephanus D Satriyo (Asosiasi Manajemen Properti Indonesia).

Di banyak negara, bagi Meiko, penerapan konsep green building terbukti menambah nilai jual. Namun, di Indonesia masih butuh proses edukasi panjang. Di Indonesia bahkan muncul kerancuan bahwa bangunan ramah lingkungan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis.

“Para pengelola gedung sebagai pengguna energi cukup besar kini memiliki tanggung jawab mengurangi pemanasan global dengan cara-cara menghemat energi, air, bahan bakar, dan sebagainya,” kata Satriyo.

Kegiatan diskusi panel yang difasilitasi PT Colliers International Indonesia dan PT Cisco System Indonesia itu sekaligus untuk mengenalkan acuan green building melalui konsep Leadership in Energy and Environtmental Design (LEED).

Menurut Rana, penerapan konsep LEED pada hakikatnya sebagai upaya pemberian penghargaan atas karya properti ramah lingkungan atau yang memegang konsep green building.

Konsep LEED memperkenalkan 85 poin penilaian yang memiliki peringkat tersertifikasi, silver, gold, dan platinum.

Efisiensi

Menurut Rana, yang juga menjadi Ketua Himpunan Ahli Tata Udara dan Refrigerasi tersebut, penerapan LEED untuk pembangunan properti juga mensyaratkan secara mutlak beberapa hal, seperti efisiensi penggunaan air, penggunaan energi secara minimum, atau upaya perlindungan lapisan ozon.

Sementara itu, menurut Rana, pemilik atau pembangun properti di Indonesia hingga sekarang belum ada yang memiliki sertifikasi LEED.

Beberapa negara, seperti India, China, Dubai, dan Vietnam, juga sudah cukup banyak menerapkan konsep LEED. Sertifikasi LEED pada awalnya dirumuskan Green Building Council Amerika Serikat.

Menurut Yandi, dunia pendidikan dan profesi arsitektur selama ini cenderung melihat arsitektur sebagai bangunan yang berdiri sendiri.

“Kita perlu memperluas pengertian tentang arsitektur ini. Tolok ukur green building membuka kesempatan untuk menempatkan bangunan dalam jaringan yang lebih luas, terkait aspek-aspek iklim, sumber daya alam, sosial, dan budaya,” kata Yandi Andri Yatmo.

Menurut dia, “Pendidikan berperan penting dalam pemahaman tentang sustainability.”

Isu utama menyangkut bangunan ramah lingkungan, kata Yandi, di antaranya adalah membangun hanya yang diperlukan dan tidak menggunakan lebih dari yang diperlukan, menganut prinsip keterkaitan, serta memandang profesi arsitek sebagai “pengurus bumi” (steward of the earth).

Strategi desain yang dapat diterapkan antara lain, tambah Yandi, pemanfaatan material berkelanjutan, keterkaitan dengan ekologi lokal, keterkaitan antara transit dan tempat tinggal, rekreasi dan bekerja, serta efisiensi penggunaan air, penanganan limbah, dan mengedepankan kondisi lokal baik secara fisik maupun secara sosial.

Sumber:

25 Agustus 2007
Sumber: Kompas Online


Rabu, 11 November 2009

Kedokteran Fisika Nuklir

Hari ini (11-11-2009) saya menengok senior saya (Kang Sahri) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, beliau sakit Keram tubuh akibat dehidrasi dan terlalu capek. Semoga Sehat akang ^_^



Ternyata di sebelah kamarnya saya melihat ada tulisan KEDOKTERAN NUKLIR, saya jadi penasaran untuk mengetahuinya lebih lanjut. Karena saya menyenangi Teknik Fisika Nuklir juga, saya putuskan untuk mencari informasinya dalam Internet.



Aplikasi Teknik Nuklir Untuk Kesehatan Manusia



Dr. Rochestri Sofyan



Pusat Pengkajian Teknologi Nuklir, BATAN, Jakarta


PENDAHULUAN


Aplikasi teknik nuklir, baik aplikasi radiasi maupun radioisotop, sangat dirasakan manfaatnya

sejak program penggunaan tenaga atom untuk maksud damai dilancarkan pada tahun 1953.

Dewasa ini penggunaannya di bidang kedokteran sangat luas, sejalan dengan

pesatnya perkembangan bioteknologi, serta didukung pula oleh perkembangan instrumentasi

nuklir dan produksi radioisotop umur pendek yang lebih menguntungkan ditinjau dari segi medik.



Energi radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi, dapat menyebabkan peruba.hari fisis, kimia dan biologi pada materi yang dilaluinya. Perubahan yang terjadi dapat dikendalikan dengan jalan memilih jenis radiasi (, , atau neutron) serta mengatur dosis terserap, sesuai dengan efek yang ingin dicapai. Berdasarkan sifat tersebut, radiasi dapat digunakan untuk penyinaran langsung seperti antara lain pada radioterapi, dan sterilisasi. Selain itu, radiasi yang dipancarkan oleh suatu radioisotop, lokasi dan distribusinya dapat dideteksi dari luar tubuh secara tepat, serta aktivitasnya dapat diukur secara akurat; sehingga penggunaan radioisotop sebagai tracer atau perunut, sangat bermanfaat dalam studi metabolisme, serta teknik pelacakan dan penatahan berbagai organ tubuh, tanpa harus melakukan pembedahan.



KEDOKTERAN NUKLIR


Dalam bidang kedokteran dikenal cabang kedokteran nuklir, yaitu ilmu kedokteran yang dalam kegiatannya menggunakan radioaktif terbuka (unsealed), baik untuk diagnosis maupun dalain pengobatan penyakit atau dalam penelitian kedokteran. Dalam kedokteran nuklir, diagnosis dan terapi dilaksanakan berdasarkan padapemanfaatan emisi radioaktifdari radionuklida tertentu. Akhir-akhir ini kedokteran nuklir berkembang pesat dan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Tercatat bahwa hampir tidak ada satupun rumah sakit di negara-negara maju yang tidak mempunyai unit kedokteran nuklir. Negara sedang berkembang seperti Indonesia juga tidak ketinggalan. Dewasa i, hampir semua kota besar di Pulau Jawa mempunyai sedikitnya satu rumah sakit yang dilengkapi dengan unit kedokteran nuklir.



Seorang ahli kimia berkebangsaan Hongaria, George Hevesy, pada tahun 1923 mengukur distribusi timbal (Pb) radioaktif denganjalan memasukkan Pb-210 dan Pb-212 pada atang dan akar kacang dalam jumlah yang tidak menimbulkan efek toksik pada tanaman. Pada tahun 1924, dipelajari distribusi Pb dan Bismut (Bi) pada hewan percobaan. ini erupakan langkah pertama penggunaan perunut untuk penelitian biomedik, sehingga pada tahun 1943 George Hevesy mendapat hadiah Nobel di bidang Kimia. Radionuklida pertama yang digunakan secara luas dalam kedokteran nuklir adalah I-131, yang ditemukan oleh Glenn Seaborg pada tahun 1937.



Pertama kali I-131 digunakan sebagai indikator fungsi kelenjar tiroid denganjalan mendeteksi sinar yang diemisikan, dengan pencacah Geiger yang ditempatkan di dekat kelenjar tiroid. Diikuti dengan pemakaiannya untuk pengobatan hipertiroid pada tahun 1940. Penemuan Sea-borg berikutnya yaitu radionuklida Tc-99m dan Co-60, yang merupakan tonggak sejarah di bidang Kedokteran Nuklir. Berkat jasanya tersebut, Seaborg mendapat hadiah Nobel untuk bidang Kimia pada tahun 1951. Pada periode berikutnya, kedokteran nuklir berkembang pesat setelah ditemukan kamera gamma oleh Hal Anger pada tahun 1958. Alat tersebut mampu mendeteksi distribusi foton yang dipancarkan dari dalam tubuh, yang dapat menggambarkan fungsi suatu organ. Metode ini disebut imaging nuklir, yang digunakan untuk diagnosis in vivo.



NUKLIR DI BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN



Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang ilmu dan teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan. Terobosan penting dalam bidang ilmu dan teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk penyakit – penyakit yang menjadi lebih penting secara epidemilogis sebagai konsekuensi logis dari pembangunan di segala bidang yang telah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri DANLOS yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tuberculosis pada kulit. Namun yang dianggap Bapak Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C. De HEVESSY, dialah yang meletakan dasra prinsip perunut dengan menggunakan zat radioaktif. Waktu itu dia menggunakan rasioisotop alam Pb212.. Dengan ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop alam tidak lagi digunakan.





Era Baru Kedokteran Nuklir Indonesia



“Pelayanan dokter nuklir di Indonesia berpusat di Jawa. Dan di Sumatera terdapat dua tempat pusat pelayanan. Dari kedua tempat itu, yang aktif baru di Padang.” Demikan disampaikan Basuki Hidayat, dr., Sp.KN, Ketua Pelaksana Kongres Nasional Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI) VI dan Perhimpunan Kedokteran dan Biologi Nuklir Indonesia (PKBNI) VIII.

Acara yang bertema “Menyongsong Era Pencitraan Menggunakan Positron Emission Tomography (PET)” merupakan hasil kerja sama PKNI dan PKBNI serta Asian School of Nuclear Medicine (ASNM). Perhelatan ini diselenggarakan di Hotel Aston Tropicana, Jalan Cihampelas, Bandung, dan berlangsung selama tiga hari (04-06/12).

Kongres tersebut dibuka oleh Prof. Johan S. Mashjur, dr., Sp.PD-KEMD., Sp.KN, salah seorang tokoh kedokteran nuklir yang juga Sekretaris Senat Unpad, dan dihadiri berbagai pembicara dan peserta dari Indonesia dan mancanegara. Beberapa di antaranya ialah; Prof. Ajit K Padhy, MD, FAMS, (Singapura), Prof. Teofilo O. L. San Luis, Jr., MD, MPA (Filipina), Manoefris Kasim, MD, FIHA, FASCC, FACC (Indonesia), dll.

Dalam orasi pembukaannya, Prof. Johan menyambut baik penyelenggaraan Kongres Nasional ini. Ia menyadari, kedokteran nuklir di Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sedikit lambat daripada perkembangan kedokteran nuklir di negara tetangga. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dijawab oleh para penggiat kedokteran nuklir di Indonesia.

Sementara itu, dr. Basuki Hidayat mengatakan kongres ini merupakan upaya menyongsong era baru dalam dunia kedokteran nuklir di Indonesia. Hal ini dikarenakan baru diperkenalkan dan digunakannya Positron Emission Tomography (PET) di Indonesia. Diharapkan dengan adanya PET, maka semakin banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkannya, baik sebagai sarana diagnostik maupun uji saring (screaning test).

Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Myocardial Perfussion Imaging as a Modality for Assesment of atherosclerosis“, Manoefris Kasim, MD, FIHA, FASCC, FACC menjelaskan, bagi pasien asimtomatik (tidak ada keluhan), penilaian awal sebaiknya dilakukan dengan mengestimasi risiko timbulnya Infark Miokard Akut (IMA) dan kematian yang disebabkan kardiak untuk 10 tahun. Proses ini mengacu pada Frammingham Risk Score (FRS) yang direkomendasikan Adult Treatment Program (ATP) III. Selain itu, juga diselidiki rekam jejak kesehatan si pasien dan keluarga, serta ada tidaknya sindroma metabolik. Selanjutnya, pasien akan dikategorikan ke dalam risiko IMA rendah, menengah, atau tinggi, dan mortalitas kardiak 10 tahun sebesar kurang dari 10%, 10% sampai 20%, hingga lebih dari 20%.

Pasien yang berisiko rendah hanya memerlukan konseling, sedangkan pasien yang berisiko tinggi (>20%) dikenakan pemeriksaan iskemia miokard. Pasien yang digolongkan memiliki resiko tinggi dari hasil pencitraan nuklir merupakan kandidat untuk tindakan angiografi koroner lanjutan.

Ia menyimpulkan, berbagai modalitas diagnostik invasif seperti uji latih jantung, ekokardiografi, pencitraan kardiak dengan CT dan CMR, serta pencitraan radionuklida berperan penting dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pasien dengan Penyakit Arteri Koroner (PAK). Pencitraan Radionuklida dalam bidang kardiologi dapat menentukan perfusi, viabilitas miokard dan fungsi ventrikel. Pemeriksaan MPI dengan uji latih dapat membantu dalam stratifikasi risiko dan menentukan rencana penatalaksanaan pada pasien dengan kemungkinan atau telah didiagnosis PAK. Pemeriksanaan SPECT dipandu EKG (ECG gated SPECT) dapat membantu menentukan pasien yang akan mendapat keuntungan terbesar dari tindakan angiografi koroner dan revaskularisasi.

Sementara itu, Edward-Bengie L. Magsombol, MD. FPCP, FPCC, DASNC mengevaluasi miokardial dengan menggunakan Echo, SPECT, dan PET. Dalam makalahnya, Edward Magsombol mengatakan, diperlukannya pemisahan antar hibernasi miokardial. Seperti yang telah diketahui, hibernasi miokardial dalam kaitannya dengan perbedaan respon pada intervensi. Hibernasi miokardial memperbaiki sebagian atau keseluruhan respon pada revaskularisasi sementara infraksi miokardium tidak diuntungkan oleh operasi atau catheter-based.

Di sesi selanjutnya, Dr. Erwinanto, Sp.JP., mencermati apa yang diharapkan dari pencitraan radionuklida dipandang dari perspektif kardiologis. Seperti yang telah diketahui, petunjuk pedoman yang merekomendasikan (kelas IA) Myocardial Perfusion Imaging (MPI) dalam menaksir resiko miokardial pada pasien dengan sindrom koroner akut (ACS), yang ditandai dengan ECG dan serum markers ialah nondiagnostik. Bagaimanapun juga, penggunaan MPI secara rutin dalam iskemia yang terdokumentasikan secara klinis tidak direkomendasikan (kelas IIIA). (antz)

X-RAY KEDOKTERAN

Pesawat sinar-X tipe XR-2302 dirancang khusus untuk keperluan radiografi diagnostik dengan keutamaan jaminan keselamatan bagi pasien maupun operator. Sistem proteksi radiasi dirancang sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh ILO, IAEA, WHO, BATAN dan DEPKES RI, meliputi pengoperasian, pembatasan berkas radiasi, alat pengaman, pengaturan dan pembatasan waktu penyinaran.

Uji jaminan kualitas dilakukan baik secara kualitatif yaitu dengan metoda stepwedge untuk menguji keseragaman kerapatan optik, pengujian kolimator untuk menjamin kesesuaian berkas cahaya kolimator dengan berkas radiasi. Sedangkan uji kuantitatif yaitu dengan melakukan akurasi tegangan.

Perangkat Meja Radiologi Diagnostik

Pemeriksaan dengan Perangkat Meja Radiologi Diagnostik

Pada saat ini Rumah Sakit yang telah menggunakan pesawat Sinar-X ini diantaranya adalah :

  • RS. Kusta Tuguredjo, Semarang-Jawa Tengah
  • RS. Islam Wonosobo, Jawa Tengah
  • RSJ. Cimahi, Bandung-Jawa Barat
  • RSJ. Bandung, Jawa Barat
  • RSJ. Jambi
  • RS. Daerah Tk. II Batang, Jawa Tengah
Bidang Radiofarmaka

Bidang Radiofarmaka mempunyai tugas melaksanakan pendayagunaan dan pengembangan teknologi produksi radiofarmaka. Terdiri dari 3 kelompok kegiatan :
  1. Kelompok Pengembangan Teknologi Senyawa Bertanda, melaksanakan fungsi :
    1. Melaksanakan kegiatan pengembangan sintesis ligand-ligand unggulan untuk produksi radiofarmaka melalui modifikasi dan adaptasi teknologi atau metode yang telah dikembangkan
    2. Melaksanakan kegiatan inovasi proses dan inovasi produk untuk produksi senyawa bertanda

  2. Kelompok Pengembangan Teknologi Radioimmunofarmaka , melaksanakan fungsi :
    1. Melaksanakan pengembangan teknologi produksi Kit Radioimmunoassay (RIA) dan Immunoradiometric Assay (IRMA) untuk tujuan diagnosis In-vitro
    2. Melaksanakan pengembangan teknologi produksi radioimmunofarmaka untuk tujuan diagnosa dan terapi

  3. Kelompok Biodinamika Radiofarmaka, melaksanakan fungsi :
    1. melakukan kajian evaluasi melalui telaah farmakodinamik dan metabolisme terhadap radiofarmaka hasil pengembangan
    2. melaksanakan pengembangan dan pemantapan metoda jaminan dan kendali kualitas terhadap radiofarmaka hasil pengembangan

  • Radiofarmaka terapi



  • Beberapa jenis radiofarmaka yang dapat digunakan untuk terapi

  • Produk Radiofarmaka

  • Produk Radiofarmaka
    Bidang Radiofarmaka melaksanakan pendayagunaan dan pengembangan teknologi produksi radiofarmaka, dan beberapa hasil kegiatan tertera di bawah ini :

    Tahap Pendayagunaan
    No. Jenis Produk Kegunaan / Pemanfaatan
    1 Kit MIBI Untuk diagnosis perfusi jantung
    2 Kit MAG3 Untuk diagnosis perfusi dan filtrasi ginjal
    3 Kit HMPAO Untuk diagnosis perfusi otak
    4 153Sm-EDTMP Untuk terapi paliatif kanker tulang
    5 153Sm-Partikulat Untuk terapi artritis rematoid
    6 131I-lipiodol Untuk terapi hepatoma
    7 131I-MIBG Untuk terapi neuroblastoma
    8 186Re-HEDP Untuk terapi paliatif kanker tulang
    9 Kit RIA/IRMA T3/T4/TSH-(125I) Untuk diagnosis fungsi tiroid
    10 Kit RIA Mikroalbuminurea-(125I) Untuk deteksi albumin dalam urine
    11 Kit RIA Hepatitis B-(125I) Untuk mendeteksi hepatitis B, HBs Ag dan anti HBs
    12 Kit RIA Hepatitis C-(125I) Untuk mendeteksi virus hepatitis C(HCV)


    Tahap Pengembangan
    No. Jenis Produk Kegunaan / Pemanfaatan
    1 18F-FDG Untuk radiofarmaka PET (Positron Emission Tomography)
    2 Kit RIA Progesteron (125I) Untuk deteksi dini kesuburan hewan ternak
    3 Kit IRMA CA-125 (125I) Untuk deteksi dini kanker leher rahim
    4 Kit Radiofarmaka HYNIC-TOC Untuk diagnosis kanker neuroendokrin, carcinoid
    5 Kit Radiofarmaka HYNIC-IgG Untuk diagnosis infeksi HIV
    6 Generator 99mTc-PZC Sebagai Generator 99mTc dari Mo alam


  • Generator Tc-99m dan Cold Kit Tc-99m




  • Desain bagian luar Generator Tc-99m yang diproduksi oleh PT. BATAN Teknologi




    Desain bagian dalam Generator Tc-99m yang diproduksi oleh PT. BATAN Teknologi




    Salah satu radioisotop yang paling banyak digunakan dalam bidang kedokteran nuklir adalah Tc-99m, digunakan untuk diagnosis berbagai organ tubuh manusia (Kompilasi dari beberapa sumber)


    Basic Physics of Nuclear Medicine

    Nuclear Medicine is a fascinating application of nuclear physics. The first ten chapters of this wikibook are intended to support a basic introductory course in an early semester of an undergraduate program. They assume that students have completed decent high school programs in maths and physics and are concurrently taking subjects in the medical sciences. Additional chapters cover more advanced topics in this field. Our focus in this wikibook is the diagnostic application of Nuclear Medicine. Therapeutic applications are considered in a separate wikibook, "Radiation Oncology".




    Contents

    Elementary Topics:
    1. Atomic & Nuclear Structure
    2. Radioactive Decay
    3. The Radioactive Decay Law
    4. Units of Radiation Measurement
    5. Interaction of Radiation with Matter
    6. Attenuation of Gamma-Rays
    7. Gas-Filled Radiation Detectors
    8. Scintillation Detectors
    9. Nuclear Medicine Imaging Systems
    10. Production of Radioisotopes
    11. Chapter Review
    Advanced Topics:

    Authors

    The principal author of this text is KieranMaher, who is very grateful for the expert editorial assistance of Dirk Hünniger during his German translation of the text and his contribution to the section on the Operation of a 99m-Tc Generator.


    Institute of Nuclear Medicine,

    Oncology and Radiotherapy

    The Institute of Nuclear Medicine, Oncology and Radiotherapy or INOR is located in Abbottabad, NWFP and affiliated with Ayub Medical College and the Pakistan Atomic Energy Commission. It provides diagnostic and treatment facilities to patients suffering from a wide range of pathologies. The Institute is catering to a population of about 2 million people coming from various parts of Northern Pakistan. Over the years INOR has acquired a large array of modern equipment. It has fully equipped Nuclear Medicine and Radiotherapy Departments supported by Diagnostic Radiology Unit, Pathology Laboratory, Radioimmunoassay Laboratory and Department of Medical Physics.

    Facilities

    The facilities are available at INOR are classified as below:

    Departments

    • Nuclear Medicine Department
    • Radiotherapy & Oncology Department
    • Medical Physics Department

    Laboratories

    • Radioimmunoassay Laboratory
    • Pathology Laboratory
    • Diagnostic Radiology Laboratory


    Notes

    1. ^ a b [1], Society of Nuclear Medicine.
    2. ^ [2], Health Physics Society. Radiation exposure from medical diagnostic imaging procedures.
    3. ^ [www.molecularimagingcenter.org], Gambhir S. Just what is molecular medicine.
    4. ^ a b Edwards Cl: Tumor localizing radionuclides in retrospect and prospect. Semin Nucl Med 3:186–189, 1979.
    5. ^ Henkin R. et al: Nuclear Medicine. First edition 1996. ISBN 9780801677014.
    6. ^ Eckerman KF, Endo A: MIRD: Radionuclide Data and Decay Schemes. Society for Nuclear Medicine, 2008. ISBN 978-0932004802
    7. ^ WWW Table of Radioactive Isotopes

    Further reading

    • Mas JC: A Patient's Guide to Nuclear Medicine Procedures: English-Spanish. Society of Nuclear Medicine, 2008. ISBN 978-0972647892
    • Taylor A, Schuster DM, Naomi Alazraki N: A Clinicians' Guide to Nuclear Medicine, 2nd edition. Society of Nuclear Medicine, 2000. ISBN 978-0932004727
    • Mark J. Shumate MJ, Kooby DA, Alazraki NP: A Clinician's Guide to Nuclear Oncology: Practical Molecular Imaging and Radionuclide Therapies. Society of Nuclear Medicine, January 2007. ISBN 978-0972647885
    • Ell P, Gambhir S: Nuclear Medicine in Clinical Diagnosis and Treatment. Churchill Livingstone, 2004. (1950 pages) ISBN 978-0443073120
    External Links
    http://www.aagos.ristek.go.id/nuklir/kesehatan.pdf

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15AplikasiTeknikNuklir102.pdf/15AplikasiTeknikNuklir102.html

    Minggu, 18 Oktober 2009

    Kerjasama dan Hubungan Kekeluargaan

    1. Kejasama dengan Desa-desa dan Institusi Kesehatan lainnya.
    2. Kerjasama dengan STAF of HEALTH & Medicine Manbaul Ullum University
    3. Kerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Kedokteran & Kesehatan Kota Banjar
    4. Rumah Sakit Umum Kota Banjar
    5. Rumah Sakit Hasan Sadikin
    6. PUSKESMAS di Tiap daerah Anggota Seneby
    7. KEMENKES Republik Indonesia
    8. WHO

    Jumat, 18 September 2009

    Jurnal Kesehatan

    Health blog

    Health Journal – Health News and Health Articles

    ~ Sources:
    1. Husen Ahmad Bajry, M.D., Ph.D.
    (Indonesian Holistic Tourist Hospital, http://www.holisticindonesia.com/)
    2. Andrew Thomas Weil, M.D.
    (Harvard University, http://www.drweil.com/)& Director of Arizona Center for Integrative Medicine
    3. Senebian Medical School
    (Kesehatan untuk Semua, http://sms-edu.blogspot.com/)

    "Sing Cageur, Bageur, Bener, Pinter Singer jeung Ulah Galideur"
    ~Urang Sunda~
    "Health inside, Fresh Outside, Success Ever side"
    ~Nurahman~

    ~ Abstract
    Weil's general view is that patients do best utilizing both mainstream and alternative medicine. In general, he believes that mainstream medicine is well-suited to crisis intervention, and alternative medicine is best utilized for prevention and health maintenance.

    He believes integrative medicine is an intelligent combination of both, and that the focus on healing should be on the body's own internal healing mechanisms and system. Nutrition, exercise, and stress reduction are emphasized in almost all of Weil's health works.

    Weil acknowledged the influence of many individuals, philosophical and spiritual ideas, and techniques on his approach to alternative medicine. Among the individuals who strongly influenced Weil's professional and personal life is the late osteopath Robert C. Fulford, who specialized in cranial manipulation.

    Perkembangan Pendidikan Kesehatan Holistic

    Dewasa ini banyak organisasi-organisasi profesi dokter yang menyatakan diri beraliran holistic baik di dalam maupun di luar negri.

    Pendidikan holistikpun berkembang pesat terutama di luar negri. Pabrik-pabrik farmasi banyak yang mulai memproduksi produk-produk fitofarmaka dan nutricional medicine. Ini semua menunjukkan bahwa kecenderungan untuk berfikir secara holistic mulai berkembang.

    Walluhu al'lam bissawab.

    Semoga Bermanfaat!

    Ucapan Terima Kasih:

    Orang tua tercinta, guru-guru dan semua teman serta sahabat terkasih. Semoga Kesehatan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan selalu bersama selamanya, amin!

    Khusus Kepada:
    Mendiang Prof. Lawrence J. Henderson, M.D.
    (Professor of Biological Chemistry in Harvard University) atas karya-karya ilmiahnya.

    1. http://integrativemedicine.arizona.edu/
    (Our commitment is to live the values of Integrative Medicine, thus creating a unique model for transforming medicine)

    2. http://hst.mit.edu/index.jsp
    (Integrating Science, Engineering, and Medicine to Solve Problems in Human Health)

    Selasa, 18 Agustus 2009

    50 Rumah Sakit Terbaik Dunia

    "Sakit Merupakan Waktu atau Kesempatan yang diberikan oleh-Nya untuk kita Renungkan"
    ~Arip Nurahman~


    POSITION


    WORLD RANK HOSPITAL COUNTRY SIZE VISIBILITY RICH FILES SCHOLAR