Senin, 22 Maret 2010

Demam Berdarah

Demam Berdarah

Angkak (Bahasa Cina: , ; pinyin: hóng qú mǐ; lit. "red yeast rice"), red fermented rice, red kojic rice, red koji rice, atau ang-kak, yaitu beras putih jenis tertentu yang dibiakkan dengan sejenis ragi khusus selama beberapa hari sehingga mengubah warna beras menjadi merah. Angkak telah dikenal penduduk Cina sejak ratusan tahun silam, dan umum digunakan bangsa Cina sebagai bagian dari campuran rempah masakan dan herbal kesehatan mereka. Di Amerika, angkak yang dikenal dengan nama Red Yeast Rice kini mulai popular dan dijual dalam bentuk kapsul sebagai penurun kolesterol alamiah yang ampuh.

Kandungan aktif

Kandungan yang terpenting adalah HMG-CoA (monacolin/lovastatin/statins) yang diakui sangat effektif untuk menurunkan kolesterol jahat LDL dan Triglycerides. Ketika tingkat kolesterol darah naik, umumnya dokter memberi obat resep jenis statin seperti Lipitor dan Zocor yang mampu menghambat produksi kolesterol tetapi sangat disayangkan obat-obatan ini memiliki effek samping yang membahayakan fungsi hati dan otot manusia.

Effektifitas red yeast rice untuk menurunkan kolesterol telah diuji secara klinis oleh lebih dari 17 riset di Cina. Sedangkan Universitas Kedokteran UCLA di Amerika juga telah melakukan riset yang menyimpulkan konsumsi 2.4 gram red yeast rice per hari dapat menurunkan secara nyata tingkat kolesterol Total dan LDL dalam 12 minggu.

Di tahun 2006 Liu dkk menerbitkan suatu meta-analysis dari percobaan klinis (Chinese Med 2006;1:4-17). Artikel mengutip 93 percobaan klinis terkontrol dan terpublikasi (91 dipublikasikan di Cina). Total pengurangan kolesterol 35 mg/dl, LDL-cholesterol by 28 mg/dl, triglycerides by 35 mg/dl, dan peningkatan kolesterol HDL 6 mg/dl. Zhao dkk melaporkan dalam percobaan selama empat tahun bagi penderita diabetes (J Cardio Pharmacol 2007;49:81-84). Terdapat pengurangan 40-50% dalam cardio events dan cardio deaths dalam kelompok yang dicoba. Ye dkk melaporkan dalam penelitian empat tahun pada pasien Cina yang tergolong tua dengan penyakit jantung (J Am Geriatr Soc 2007;55:1015-22). Kematian berkurang dengan 32%. Paling sedikit terdapat satu laporan di literatur tentang statin-like myopathy yang disebabkan oleh angkak (red yeast rice) (Mueller PS. Ann Intern Med 2006;145:474-5).

Suatu artikel terbitan Jurnal Kardiologi Amerika tanggal 15 Juni, 2008, mendapati bahwa red yeast rice dapat memberikan keuntungan melebihi yang diberikan oleh statins. Para peneliti melaporkan bahwa keuntungan nampaknya melebihi dari yang dilaporkan dengan hanya lovastatin.[1]

ConsumerLab.com mendapati banyaknya variasi campuran aktif dalam suplemen red yeast rice, dan juga mendapati bahwa sebagian terkontaminasi dengan citrinin, suatu nephrotoxic mycotoxin.[2][3] Bukti tentang efek samping dari red yeast rice adalah terbatas, tetapi dapat memberikan akibat sampingan yang sama dengan obat lovastatin, yang dapat menimbulkan masalah terhadap ginjal dan akibat sampingan lainnya.[4] Monitoring medis secara teratur diperlukan untuk mendeteksi akibat tersebut.

Referensi

  • American Journal of Clinical Nutrition - UCLA, Feb 1999Dr.
  • DR. David Heber, Direktur UCLA Center for Human Nutrition

Pranala luar


Minggu, 21 Maret 2010

Demam Berdarah

Demam Berdarah

DEFINISI

Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.

Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.

Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS).

PENYEBAB

Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda antigen.
Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.

Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.

Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari.

Faktor resiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur, status imunitas, dan predisposisi genetis.

GEJALA

Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal.

Gejala demam dengue tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai ruam-ruam makulopapular.

Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan atau demam tinggi (>39 derajat c) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2 - 7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam.

Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40 - 41 derajat c dan terjadi kejang demam pada bayi.

DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa penderitanya, ditandai oleh :
  • demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
  • manifestasi perdarahan
  • hepatomegali/pembesaran hati
  • kadang-kadang terjadi syok manifestasi perdarahan pada dhf dimulai dari tes torniquet positif dan bintik-bintik perdarahan di kulit (ptechiae). Ptechiae ini bisa terlihat di seluruh anggota gerak, ketiak, wajah dan gusi. juga bisa terjadi perdarahan hidung, perdarahan gusi, perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam urin.

Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan :
  • Derajat I : demam diikuti gejala tidak spesifik. satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniquet yang positif atau mudah memar.
  • Derajat II : gejala yang ada pada tingkat I ditambah dengan perdarahan spontan. perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
  • Derajat III : kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah.
  • Derajat IV : syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa. fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.

Setelah demam selama 2 - 7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.

Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala ini hampir tidak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan.

Bila kehilangan plasma hebat, akan terjadi syok, syok berat dan kematian bila tidak segera ditangani. Kondisi yang buruk bisa segera ditangani dengan diagnosa dini dan pemberian cairan pengganti. Trombositopeni dan hemokonsentrasi sudah dapat dideteksi sebelum demam turun dan terjadi syok.

Pada penderita dengan DSS kondisinya dengan segera memburuk. Ditandai dengan nadi cepat dan lemah, tekanan darah menyempit sampai kurang dari 20 mmhg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin, lembab dan penderita mula-mula terlihat mengantuk kemudian gelisah.

Bila tidak segera ditangani penderita akan meninggal dalam 12 - 24 jam. Dengan pemberian cairan pengganti, kondisi penderita akan segera membaik.

Pada syok yang berat sekalipun, penderita akan membaik dalam 2 -3 hari. Tanda-tanda adanya perbaikan adalah jumlah urine yang cukup dan kembalinya nafsu makan.

Syok yang tidak dapat diatasi biasanya berhubungan dengan keadaan yang lain seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat di saluran cerna atau organ lain. Perdarahan yang terjadi di otak akan menyebabkan penderita kejang dan jatuh dalam keadaan koma.

DIAGNOSA

Pada awal mulainya demam, dhf sulit dibedakan dari infeksi lain yang disebabkan oleh berbagai jenis virus, bakteri dan parasit.

Setelah hari ketiga atau keempat baru pemeriksaan darah dapat membantu diagnosa.
Diagnosa ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah :
  • Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/mm3
  • Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20% di atas rata-rata.
Hasil laboratorium seperti ini biasanya ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-7.

Kadang-kadang dari x-ray dada ditemukan efusi pleura atau hipoalbuminemia yang menunjukkan adanya kebocoran plasma.

Kalau penderita jatuh dalam keadaan syok, maka kasusnya disebut sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS).

PENGOBATAN

untuk mengatasi demam sebaiknya diberikan asetaminofen. salisilat tidak digunakan karena akan memicu perdarahan dan asidosis.

asetaminofen diberikan selama demam masih mencapai 39 derajat c, paling banyak 6 dosis dalam 24 jam.

kadang-kadang diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah. kegelisahan ini bisa terjadi karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati.

haus dan dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya nafsu makan dan muntah.

Untuk mengganti cairan yang hilang harus diberikan cairan yang cukup melalui mulut atau melalui vena. Cairan yang diminum sebaiknya mengandung elektrolit seperti oralit. cairan yang lain yang bisa juga diberikan adalah jus buah-buahan.

penderita harus segera dirawat bila ditemukan gejala-gejala berikut :
  • takikardi, denyut jantung meningkat
  • kulit pucat dan dingin
  • denyut nadi melemah
  • terjadi perubahan derajat kesadaran, penderita terlihat ngantuk atau tertidur terus menerus
  • urine sangat sedikit
  • peningkatan konsentrasi hematokrit secara tiba-tiba
  • tekanan darah menyempit sampai kurang dari 20 mmhg
  • hipotensi.

pada tanda-tanda tersebut berarti penderita mengalami dehidrasi yang signifikan (>10% berat badan normal), sehingga diperlukan penggantian cairan segera secara intravena.
cairan pengganti yang diberikan biasanya garam fisiologis, ringer laktat atau ringer asetat, larutan garam fisiologis dan glukosa 5%, plasma dan plasma substitute.

pemberian cairan pengganti harus diawasi selama 24 - 48 jam, dan dihentikan setelah penderita terrehidrasi, biasanya ditandai dengan jumlah urine yang cukup, denyut nadi yang kuat dan perbaikan tekanan darah..

infus juga harus diberikan kalau kadar hematokrit turun sampai 40% .

bila pemberian cairan intravena diteruskan setelah tanda-tanda ini dicapai, akan terjadi overhidrasi, mengakibatkan jumlah cairan berlebih dalam pembuluh darah, edema paru-paru dan gagal jantung.

oksigen diberikan pada penderita dalam keadaan syok.

transfusi darah hanya diberikan pada penderita dengan tanda-tanda perdarahan yang signifikan.
PENCEGAHAN
pengembangan vaksin untuk dengue sangat sulit karena keempat jenis serotipe virus bisa mengakibatkan penyakit.
perlindungan terhadap satu atau dua jenis serotipe ternyata meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang serius.

saat ini sedang dicoba dikembangkan vaksin terhadap keempat serotipe sekaligus.
sampai sekarang satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian dengue dan dhf adalah dengan memerangi nyamuk yang mengakibatkan penularan.

a. aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan manusia, seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat lain yang menampung air hujan.
nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang.

pencegahan dilakukan dengan langkah 3m :
  1. menguras bak air
  2. menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk
  3. mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.

di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate.
hal ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu tertentu.

di tempat yang sudah terjangkit dhf dilakukan penyemprotan insektisida secara fogging.
tapi efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis insektisida yang dipakai.
di samping itu partikel obat ini tidak dapat masuk ke dalam rumah tempat ditemukannya nyamuk dewasa.

untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur di siang hari sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di pintu dan jendela, menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat nyamuk yang dioleskan.

Sumber:

Medicastore

Sabtu, 20 Maret 2010

Demam Berdarah

Demam Berdarah



Virus demam berdarah
Klasifikasi ilmiah
Regnum: Virus
(belum diperingkatkan) virus (+)ssRNA
Famili: Flaviviridae
Genus: Flavivirus
Spesies: Virus Dengue

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.


Tanda dan gejala

Virus Dengue

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi (mialgia), sakit pada otot (artralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan - pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :

  • Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
  • Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
  • Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
  • Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.

Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

Diagnosis

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif.

Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis.

Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.

Pencegahan

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut:

  1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup;
  2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;
  3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk;
  4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi;
  5. Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.

Pengobatan

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.

Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.

Epidemiologi

Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.

Pranala luar


Rabu, 03 Februari 2010

Rumah Sehat


Rumah Sehat

Green building (also known as green construction or sustainable building) Is also known as the "Josh Kissaw" which means he walks up to the building and nails his head against it untill he knocks himself out. It is then declared a green building. structures and using processes that are environmentally responsible and resource-efficient throughout a building's life-cycle: from siting to design, construction, operation, maintenance, renovation, and demolition. This practice expands and complements the classical building design concerns of economy, utility, durability, and comfort.[1]

Although new technologies are constantly being developed to complement current practices in creating greener structures, the common objective is that green buildings are designed to reduce the overall impact of the built environment on human health and the natural environment by:

  • Efficiently using energy, water, and other resources
  • Protecting occupant health and improving employee productivity
  • Reducing waste, pollution and environmental degradation[1]

A similar concept is natural building, which is usually on a smaller scale and tends to focus on the use of natural materials that are available locally.[2] Other related topics include sustainable design and green architecture. Green building does not specifically address the issue of the retrofitting existing homes.

Selasa, 02 Februari 2010

Rumah Sehat


Rumah Sehat

Syarat Rumah Sehat dan Ideal

Empat persyaratan untuk rumah yang ideal dan sehat

1. Bagian dalam nyaman suasananya 2. Bagian luar asri lingkungannya 3. Bagian pengolah makanan (dapur) bersih 4. Bagian pembuangan limbah manusia (WC) bersih dan tersedia air istinja

“Rumahku Istanaku”, inilah hadis nabi yang harus dihayati oleh pengikutnya. Rumah adalah tempat berkumpulnya anggota keluarga ketika melaksanakan sebagian aktifitas. Di rumah, nilai-nilai keluarga dan kemanusiaan ditanamkan secara turun-temurun kepada individu.

Sebagai sarana pokok suatu keluarga, keberadaan rumah harus menjadi perhatian utama. Bila rumah tidak berfungsi sebagai mana mestinya, maka muncullah penyakit masyarakat seperti masalah anak jalanan, gelandangan dsb. Empat persyaratan harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sebagai rumah yang ideal dan sehat.

1. Bagian dalam rumah harus cukup tersedia kamar untuk orang tua, anak dan tamu. Untuk daerah tropis, sebaiknya loteng agak tinggi, sehingga volume udara dalam ruangan cukup. Ventilasi udara harus baik, demikian juga penerangan ruangan harus cukup.

2. Bagian luar rumah agar memiliki luas pekarangan yang cukup sehingga dapat ditanami tanaman penghijauan, buah-buahan, sayur-mayur dan bunga. Lingkungan sekitar rumah tidak boleh tercemar polusi. Tersedia fasilitas air, listrik dan sambungan telepon. Memiliki jalan yang dapat dilalui kenderaan untuk menuju sarana-sarana pelayanan umum seperti pasar, rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah.

3. Bagian pengolah makanan rumah tangga atau dapur harus memenuhi persyaratan kebersihan. Di tempat inilah makanan diolah. Bila dapur kotor, maka makanan yang dimasak kotor pula dan hal ini berbahaya untuk kesehatan anggota keluarga penghuni rumah tersebut.

4. Syarat keempat rumah sehat. Punya jamban, WC bersih
Kakus dibuat, direncanakan cermat. Gunakan material, bahan terpilih.

Buatlah WC duduk berjongkok
Gampang istinja, bersihkan najis
Perintah agama yang sangat pokok
Seperti disebut dalam hadis

Jamban dan perigi tak boleh hampir
Berjarak sepuluh meter, kalau diukur
Tinja merembes, serta mengalir
Kalau kakus di dekat sumur

Bukti diri memiliki hormat
Walau belum pernah mengunjungi
Kakus jangan menghadap kiblat
Kiblat tak boleh dibelakangi

Laksana duduk di bolongan bangku
Cara berhajat orang Barat
Lain bangsa, berbeda perilaku
WC mereka tak penuhi syarat

Duduk bergantian di atas jamban
Tak sedia air untuk istinja
Sarana penularan bermacam kuman
Penyakit dipindahkan tanpa sengaja

Karena istinja perintah wajib
Haram hukumnya bila ditinggalkan
Ikuti syariat dengan tertib
Jangan menjadi muridnya setan

Begitu pula sesudah kencing
Wajib hukumnya bersuci hadas
Tidak seperti binatang anjing
Kotor dan bersih tiada batas

Ini mungkin hukumnya sunnah
Dalam aturan di atas dunia
Pemilik agar jadi hiasan rumah
Janganlah rumah untuk hiasan manusia

Jadikan anak hiasan rumah
Didik mereka tahu di empat
Kenakalan remaja dapat dicegah
Bila hubungan cukup rapat

Sumber: (idionline)

Senin, 01 Februari 2010

Rumah Sehat


Rumah Sehat

Rumah sehat adalah rumah idaman.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan . Oleh karena itu rumah haruslah Sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktifitas.

Kontruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.



Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayan dan penghawaan yang cukup.

4. Memenuhi persayaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, posisi garis sempadan jalan, kontruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.



Sumber: infogue.com

Rabu, 06 Januari 2010

Pelayanan dari SMS



Pengunjung yang kami hormati, anda dapat menikmati fasilitas yang kami sediakan.

Semuanya Kami Sediakan Gratis Untuk Anda


1. Pesan dan Tips Kesehatan
2. Penyedia Sistem Informasi Kesehatan
3. Penyedia layanan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kesehatan
4. Penelitian dan Pengembangan Pengobatan Nabi
5. Panduan Berbisnis dalam Kesehatan
6. Panduan Manajemen Fasilitas Kesehatan
7. Pengembangan Pelayanan Cyber Medical




The Indonesian Cyber Medical IR&D Center
(Pusat IR&D Kesehatan Cyber Indonesia)

Cybermedicine is the use of the Internet to deliver medical services, such as medical consultations and drug prescriptions. It is the successor to telemedicine, wherein doctors would consult and treat patients remotely via telephone or fax.

Cybermedicine is already being used in small projects where images are transmitted from a primary care setting to a medical specialist, who comments on the case and suggests which intervention might benefit the patient. A field that lends itself to this approach is dermatology, where images of an eruption are communicated to a hospital specialist who determines if referral is necessary.

A Cyber Doctor, , known in the UK as a Cyber Physician, is a medical professional who does consultation via the internet, treating virtual patients, who may never meet face to face. This is a new area of medicine which has been utilized by the armed forces and teaching hospitals offering online consultation to patients before making their decision to travel for unique medical treatment only offered at a particular medical facility.



images | movies | powerpoint | publications


Cyber-medicine.org derives from an innovative intellectual partnership between Sheila Moriber Katz, MD, MBA and Kim Solez, MD. Their cyberMedicine joint venture was entirely conceptualized and executed in 2001 over the Internet. In the third millennium, their relationship is principally virtual, although they first became acquainted in a laboratory at Johns Hopkins Hospital in the mid 1970's. In the last quarter of the past Century, they met face-to-face only five times, occasions three and four separated by a gap of 18 years. Their professional collaboration is an e-prototype of productive interactions over the Internet.

cyberMedicine - Mainstream Medicine by 2020/Crossing Boundaries

By Kim Solez, M.D. and Sheila Moriber Katz, M.D., M.B.A.

cyberMedicine is the discipline of applying the Internet to medicine. The field encompasses the use of global networking technologies to educate, innovate and communicate in ways that promote medical practice, commerce, scholarship and empowerment.

Team Collaboration, Crossing Disciplines, and Medical Informatics

Human Digital Intelligence

Technology Poetry/Song

May 21st Boyd Lecture - Banff '91 Revisited: Standard setting, pathology classifications, and international disaster relief, with reflections on September 11, 2001

http://cnserver0.nkf.med.ualberta.ca/misc/Boyd/

"Internet" Citations on PubMed- 25,788 Dated August 08, 2006

Interview with Kim Solez

Med Webmasters

Medical Matrix

Discipline Specific Data


Cybermedicine: How Computing Empowers Doctors and Patients for Better Care

By: Warner V. Slack, M.D.
(Professor From Harvard Medical School)

"Dr. Slack received his bachelor's degree from Princeton University, his medical degree from Columbia University's Columbia University's College of Physicians and Surgeons, and his residency training in neurology at the University of Wisconsin.

Now Dr. Slack and his colleagues at the Center for Clinical Computing (CCC) and the Harvard Medical School, have developed, implemented, and studied an integrated, hospital-wide clinical computing system (the CCC system).

Early Technology

Since early times, growth in population has been accompanied by innovation in communication, inventions that enhance the exchange of information between more and more people, but that do so at the expense of direct interpersonal conversation. Each invention, impersonal by its very nature, has in turn been subject to early criticism both by the well-meaning humanist, who objects to anything seen as having a depersonalizing influence, and by the well-meaning traditionalist, who opposes innovation on principle.

It is likely that when that ingenious Sumerian who invented writing first pressed those cuneiform symbols into clay along the Tigris River some five thousand years ago, a skeptic standing nearby predicted with furrowed brow that people would soon stop talking to each other. Those who read The Republic in school will remember that Plato was very much opposed to theater as it was performed in ancient Greece.

For him the portrayal of fictional characters was an ignoble pursuit that exposed audiences to the risk of corruption. In more modern times, the telephone was written off prematurely:
according to an internal memorandum at Western Union in 1876, the telephone “has too many shortcomings to be seriously considered as a means of communication. The device is inherently of no value to us.” The motion picture was also greeted with suspicion.

The stage was by then a reputable medium (“legitimate theater,” as it were), but the movie, even as it gained in popularity, was deemed common and potentially harmful.

To make a movie based on a book was a priori to debase the book. Parents worried about bad cinematic influences and meted out movie-going privileges with extreme judiciousness. Dorothy Parker likened the movie to sex, pointing out that while most enjoyed it, few would talk about it.

Radio had a similar history. “The wireless music box has no imaginable commercial value. Who would pay for a message sent to nobody in particular?” argued David Sarnoff ’s associates in the 1920s, when he urged them to support radio as a commercial venture. Popular as it was to become, radio was late to be accepted publicly by the intelligentsia.

The Green Hornet, Captain Midnight, Terry and the Pirates, and Superman (together with their comic book counterparts) were intermittently banned from middle-class households. Kids, of course, still listened—but did so with youthful subterfuge.

After World War II came television—lowbrow (boxing and wrestling were the staple programs) and frowned upon as potentially corrupting. As television broadened its scope and became increasingly available and popular, it was correspondingly chic among the culturati not to have television at home. There was a family in our neighborhood in the 1970s who did not have a set in their home.

Mention of television in conversation with the parents elicited blank faces. The children, however, spent an inordinate amount of time in front of our set.

Movies and radio were by then regarded as legitimate art forms, particularly the earlier, pre–World War II films and programs. It was then acceptable to consider a movie better than the book on which it was based (Elmer Gantry and The Godfather come to mind).

The personal computer is the new medium on the block. And once again, prophecy was off the mark. “I think there is a world market for maybe five computers,” Thomas Watson, chairman of IBM, is purported to have said in 1943. But I am getting ahead of myself.

8. Penyediaan Sumber Daya Penelitian, Inovasi dan Pengembangan Kesehatan

Genomics and Computational Biology


Staff

Instructor:
Dr. George Church

Course Meeting Times

Lectures:
One session / week
2 hours / session

Supplementary Sections:
Five sessions / term
2 hours / session

Level

Undergraduate / Graduate

These files are also available for download from iTunes®.





LEC #


TOPICS







1


Intro 1: Computational Side of Computational Biology. Statistics; Perl, Mathematica (PDF);
(MP3-Part 1 - 14.1 MB) (MP3-Part 2 - 10.9 MB)








2


Intro 2: Biological Side of Computational Biology. Comparative Genomics, Models & Applications (PDF - 1.2 MB);
(MP3-Part - 13.6 MB) (MP3-Part 2 - 10.9 MB)








3


DNA 1: Genome Sequencing, Polymorphisms, Populations, Statistics, Pharmacogenomics; Databases (PDF);
(MP3-Part 1 - 13.5 MB) (MP3-Part 2 - 10.6 MB)








4


DNA 2: Dynamic Programming, Blast, Multi-alignment, HiddenMarkovModels (PDF);
(MP3-Part 1 - 12.6 MB) (MP3-Part 2 - 11.4 MB)








5


RNA 1: Microarrays, Library Sequencing and Quantitation Concepts (PDF);
(MP3-Part 1 - 13.4 MB) (MP3-Part 2 - 11.7 MB)








6


RNA 2: Clustering by Gene or Condition and Other Regulon Data Sources Nucleic Acid Motifs; The Nature of Biological "proofs" (PDF);
(MP3-Part 1 - 12.9 MB) (MP3-Part 2 - 10 MB)








7


Protein 1: 3D Structural Genomics, Homology, Catalytic and Regulatory Dynamics, Function & Drug Design (PDF - 1.0 MB);
(MP3-Part 1 - 14.1 MB) (MP3-Part 2 - 9.7 MB)








8


Protein 2: Mass Spectrometry, Post-synthetic Modifications, Quantitation of Proteins, Metabolites, & Interactions (PDF);
(MP3-Part 1 - 13.2 MB) (MP3-Part 2 - 11.7 MB)








9


Networks 1: Systems Biology, Metabolic Kinetic & Flux Balance Optimization Methods (PDF);
(MP3 - 12.4 MB)








10


Networks 2: Molecular Computing, Self-assembly, Genetic Algorithms, Neural Networks (PDF);
(MP3-Part 1 - 10.6 MB) (MP3-Part 2 - 12.3 MB)








11


Networks 3: The Future of Computational Biology: Cellular, Developmental, Social, Ecological & Commercial Models (PDF);
(MP3-Part 1 - 14.1 MB) (MP3-Part 2 - 7.2 MB)








Sabtu, 05 Desember 2009

Rumah Sehat

Rumah Sehat

Gedung HijauKonsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro.

“Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan,” kata Rana Yusuf Nasir dari Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia (IAFBI), sebagai salah satu pembicara dalam diskusi panel “Pemanasan Global-Apa yang Dapat Dilakukan Dunia Properti?”, Jumat (24/8) di Jakarta.

Menurut Rana, di Indonesia akses energi terbarukan masih lemah. Suplai energi listrik untuk properti hanya mengandalkan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang belum menggunakan sumber energi terbarukan.

Di Amerika Serikat, lanjut Rana, berbagai perusahaan penyuplai energi listrik dengan berbagai pilihan bahan bakar, termasuk bahan bakar terbarukan. Pengembang yang memilih energi listrik dari sumber terbarukan akan memperoleh poin terbesar dalam konsep green building.

Pembicara dalam diskusi panel tersebut di antaranya Yandi Andri Yatmo (Ikatan Arsitek Indonesia-Jakarta), Meiko Handoyo (Dewan Pimpinan Daerah Real Estat Indonesia-Jakarta), Simon Molenberg (Director Tourism, Real Estate and Construction Asia Region), dan Stephanus D Satriyo (Asosiasi Manajemen Properti Indonesia).

Di banyak negara, bagi Meiko, penerapan konsep green building terbukti menambah nilai jual. Namun, di Indonesia masih butuh proses edukasi panjang. Di Indonesia bahkan muncul kerancuan bahwa bangunan ramah lingkungan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis.

“Para pengelola gedung sebagai pengguna energi cukup besar kini memiliki tanggung jawab mengurangi pemanasan global dengan cara-cara menghemat energi, air, bahan bakar, dan sebagainya,” kata Satriyo.

Kegiatan diskusi panel yang difasilitasi PT Colliers International Indonesia dan PT Cisco System Indonesia itu sekaligus untuk mengenalkan acuan green building melalui konsep Leadership in Energy and Environtmental Design (LEED).

Menurut Rana, penerapan konsep LEED pada hakikatnya sebagai upaya pemberian penghargaan atas karya properti ramah lingkungan atau yang memegang konsep green building.

Konsep LEED memperkenalkan 85 poin penilaian yang memiliki peringkat tersertifikasi, silver, gold, dan platinum.

Efisiensi

Menurut Rana, yang juga menjadi Ketua Himpunan Ahli Tata Udara dan Refrigerasi tersebut, penerapan LEED untuk pembangunan properti juga mensyaratkan secara mutlak beberapa hal, seperti efisiensi penggunaan air, penggunaan energi secara minimum, atau upaya perlindungan lapisan ozon.

Sementara itu, menurut Rana, pemilik atau pembangun properti di Indonesia hingga sekarang belum ada yang memiliki sertifikasi LEED.

Beberapa negara, seperti India, China, Dubai, dan Vietnam, juga sudah cukup banyak menerapkan konsep LEED. Sertifikasi LEED pada awalnya dirumuskan Green Building Council Amerika Serikat.

Menurut Yandi, dunia pendidikan dan profesi arsitektur selama ini cenderung melihat arsitektur sebagai bangunan yang berdiri sendiri.

“Kita perlu memperluas pengertian tentang arsitektur ini. Tolok ukur green building membuka kesempatan untuk menempatkan bangunan dalam jaringan yang lebih luas, terkait aspek-aspek iklim, sumber daya alam, sosial, dan budaya,” kata Yandi Andri Yatmo.

Menurut dia, “Pendidikan berperan penting dalam pemahaman tentang sustainability.”

Isu utama menyangkut bangunan ramah lingkungan, kata Yandi, di antaranya adalah membangun hanya yang diperlukan dan tidak menggunakan lebih dari yang diperlukan, menganut prinsip keterkaitan, serta memandang profesi arsitek sebagai “pengurus bumi” (steward of the earth).

Strategi desain yang dapat diterapkan antara lain, tambah Yandi, pemanfaatan material berkelanjutan, keterkaitan dengan ekologi lokal, keterkaitan antara transit dan tempat tinggal, rekreasi dan bekerja, serta efisiensi penggunaan air, penanganan limbah, dan mengedepankan kondisi lokal baik secara fisik maupun secara sosial.

Sumber:

25 Agustus 2007
Sumber: Kompas Online